Cerita yang cukup menyentuh, jika di refleksikan pada kehidupan saya saat ini, di usia saya sekarang ini, saya teringat akan Ibu & Ayah saya, namun jika di refleksikan beberapa tahun mendatang, saat usia saya kian merambat naik, maka bisa jadi saya juga mengalaminya ...
Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula. Mengertilah, bersabarlah sedikit terhadap aku.
Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana
mengikat sepatu, ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.
Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu
yang telah bosan kau dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus
pembicaraanku. Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang
telah beribu-ribu kali kuceritakan agar kau tidur.
Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah
padaku. Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?
Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tekhnologi dan
hal-hal baru, jangan mengejekku. Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap “mengapa” darimu.
Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih
kuat untuk memapahku. Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.
Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah
aku waktu untuk mengingat. Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau disamping
mendengarkan, aku sudah sangat puas.
Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah
berduka. Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai belajar
menjalani kehidupan.
Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana
menjalani kehidupan ini, sekarang temani aku menjalankan sisa hidupku.
Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum
penuh rasa syukur. Dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga
untukmu.
Taken from Ipinchow.com
cukup singkat namun sarat makna, renungkanlah ... !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Leave your comment here