HACCP
(Part 4 : 7 Prinsip HACCP)
Setelah 5 langkah awal analisis bahaya, tahap selanjutnya adalah Melakukan Analisa Bahaya
melalui Penerapan 7 Prinsip HACCP
7 Prinsip
HACCP :
- Melakukan Analisis Bahaya
- Menetapkan Titik Kendali Kritis ( TKK / CCP )
- Menetapkan Batas Kritis setiap TKK / CCP
- Menetapkan Sistem Monitoring TKK / CCP
- Menetapkan Tindakan Koreksi Penyimpangan
- Menetapkan Prosedur Verifikasi
- Menyusun Sistem Pengendalian Dokumen
Prinsip 1:
Analisa
Bahaya
BAHAYA
adalah faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen secara
negatif di dalam, atau kondisi dari, makanan dengan potensi menyebabkan dampak
merugikan bagi kesehatan
BAHAYA
adalah unsur biologi, kimia, fisika dalam atau kondisi dari
pangan yang berpotensi menyebabkan dampak buruk pada kesehatan
ANALISIS
BAHAYA adalah proses pengumpulan dan menilai informasi mengenai bahaya
dan keadaan sampai dapat terjadi bahaya, untuk menentukan yang mana berdampak
nyata terhadap keamanan pangan, dan harus ditangani dalam rencana HACCP
Jenis Bahaya : Bahaya Biologi, Bahaya Kimia, dan Bahaya Fisik
(selengkapnya
tentang macam-macam bahaya, klik di sini)
Tahapan analisis bahaya :
A. Identifikasi potensi-potensi bahaya
- Daftar semua bahaya yang mungkin terjadi pada setiap tahap
- Referensi : spesifikasi standar (SNI, CAC, ISO, dll), persyaratan regulasi (Depkes, Deptan, FDA, POM), persyaratan konsumen, pengalaman perusahaan, literatur, dan lainnya
- Ruang lingkup yang perlu dipertimbangkan ketika mengidentifikasi potensi bahaya : bahan baku, faktor-faktor intrinsik, jumlah mikrobiologi dalam pangan, prosedur yang digunakan untuk preparasi/pengolahan, desain dan peralatan pabrik, desain fasilitas, pengemasan, kondisi penyimpanan dan distribusi, personil/karyawan, sanitasi, tujuan penggunaan, konsumen yang dituju
- Meliputi semua jenis bahaya (biologi, kimia dan fisik)
B. Identifikasi penyebab bahaya
KONTAMINASI : Pekerja, Bahan
lain, Lingkungan, Metode Penanganan.
TUMBUH DAN BERKEMBANG DARI
PRODUK : Pertumbuhan Bakteri, Reaksi Kimia
C. Menetapkan signifikansi bahaya
a. Menetapkan
tingkat risiko (risk)
- Definisi risiko (risk) : peluang/kemungkinan suatu bahaya terjadi
- Tim Keamanan Pangan menetapkan kemungkinan terjadinya bahaya pada semua tahapan proses, berdasarkan daftar potensi bahaya yang telah diidentifikasi.
- Pendekatan yang sederhana adalah dengan mengelompokkan produk menjadi beberapa kategori risiko
- Suatu alternatif adalah dengan membuat matriks risiko berdasarkan pada suatu kisaran faktor
- Suatu pendekatan yang lain yaitu melalui kategorisasi risiko makanan disajikan pada tabel kelompok produk berdasarkan kategori risiko
Contoh kategori tingkat risiko
Very
high : Sangat sering terjadi ( kejadian yang berulang )
High : Pernah
terjadi ( informasi internal )
Medium : Kemungkinan
dapat terjadi ( informasi dari luar )
Low : Kemungkinan
tidak terjadi
Very low : Tidak
mungkin terjadi
Contoh Pengelompokan produk
berdasarkan kategori risiko
Produk - produk kategori I
(Risiko Tinggi)
|
||
1
|
Produk-produk yang mengandung ikan, telur, sayur,
serealia dan/atau ingredient susu yang perlu direfrigerasi
|
|
2
|
Daging, ikan mentah dan produk-produk olahan susu
|
|
3
|
Produk-produk dengan nilai pH 4.6 atau diatasnya yang
disterilisasi dalam wadah yang ditutup secara hermetis
|
|
Produk - produk kategori II
(Risiko Sedang)
|
||
1
|
Produk-produk kering atau beku yang mengandung ikan,
daging, telur, sayuran atau serealia dan/atau ingridien atau penggantinya dan
produk lain yang tidak termasuk dalam regulasi hygiene makanan
|
|
2
|
Sandwich dan kue pies daging untuk konsumsi segar
|
|
3
|
Produk-produk berbasis lemak misalnya coklat, margarin,
spreads, mayones dan dressings.
|
|
Produk - produk kategori III
(Risiko Rendah)
|
||
1
|
Produk asam (nilai pH dibawah 4.6) seperti pikel,
buah-buahan, konsentrat buah, sari buah dan minuman asam.
|
|
2
|
Sayuran mentah yang tidak diolah dan tidak dikemas
|
|
3
|
Selai (jam), marmelade dan conserves
|
|
4
|
Produk-produk konfeksioneri berbasis gula
|
|
5
|
Minyak dan lemak makan
|
|
b. Menetapkan tingkat keakutan (severity)
< Keakutan bahaya dapat ditetapkan
dengan melihat dampaknya terhadap kesehatan konsumen, dan juga dampak terhadap
reputasi bisnis
< Penetapan keakutan dapat
berdasarkan pada :
● Pengetahuan dari Tim Keamanan Pangan
● Literatur
● Pemasok
● Produsen
pangan atau prosesor lain
● Informasi
mengenai penarikan produk
● Keluhan
konsumen
● Daerah-daerah
proses, bahan baku, atau produk yang telah diidentifikasi
merupakan daerah bermasalah
Contoh kategori tingkat keakutan
Very
high : Bahaya yang sangat fatal
High : Bahaya
yang menyebabkan penyakit serius
Medium : Bahaya
yang menyebabkan penarikan produk
Low : Bahaya
yang menyebabkan keluhan konsumen
Very low : Bahaya
yang tidak signifikan
Contoh Pengelompokkan Tingkat
Keakutan pada Bahaya Fisik, Kimia dan Biologi
Tingkat
|
Fisik
|
Kimia
|
Biologi
|
Very low
|
Debu, kertas, tanah
|
Alkohol 70 %
|
Lactobacillus sp., Xanthomonas,
Khamir, Acetobacter
|
Low
|
Pasir, plastik, rambut, serangga, kulit buah
|
Bahan pelumas food grade, overdosis Bahan
Tambahan Pangan
|
Kapang, Bacillus cereus, Parasit,
Campylobacter jejuni, Clostridium perfringens, Staphylococcus aureus, Aeromonas,
Yersinia enterolitica
|
Medium
|
Kerikil, batu, kulit telur, potongan kayu, potongan
kuku,
|
Aflatoxin, Grease, Residu Chlorin, NaOH, Asam Nitrat,
Antibiotik, Logam Berat, Pestisida
|
Coliform, E. coli, Shigella spp., Virus, Cryptosporridium
protozoa
|
High
|
Metal parts, pecahan kaca
|
Amoniak
|
Brucella, Clostridium botulinum, Listeria
monocytogenes, Shigella dysentriae, Salmonella sp., Hepatitis, E. Coli
0157:H7
|
c. Menetapkan signifikansi bahaya
Ø Penetapan
signifikansi bahaya dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya mana yang
penghilangan atau pengurangannya sampai tingkat yang dapat diterima adalah signifikan
untuk produksi makanan yang aman.
Ø Bahaya
yang signifikan harus dikendalikan bila :
- Layak mungkin terjadi (reasonably
likely to occur)
- Ada kemungkinan menyebabkan risiko
yang tidak dapat diterima pada
konsumen
Ø Salah
satu metode penetapan bahaya signifikan yaitu dengan mengkombinasikan tingkat
keakutan dengan tingkat risiko
Ø Terdapat
beberapa tools dalam penetapan signifikansi bahaya
Contoh Matriks Analisa Signifikansi Bahaya
Ø Pada
matriks analisa signifikansi bahaya, penetapan signifikansi bahaya dengan
mengkombinasikan tingkat risiko (risk) dan keakutan (severity)
Ø Tingkat
signifikansi diberi angka 1 – 7 dengan kelompok :
● Bahaya signifikan : 4
– 7
● Bahaya tidak signifikan : 1
– 3
Ø
Bahaya signifikan dapat langsung
digunakan pada penetapan CCP (CCP decision tree)
d. Menetapkan tindakan pencegahan
- Tindakan Pencegahan adalah faktor-faktor, tindakan dan kegiatan yang dapat digunakan untuk mengendalikan bahaya yang teridentifikasi
- Tindakan pencegahan dapat menghilangkan atau mengurangi bahaya sampai ke tingkat yang dapat diterima.
- Lebih dari satu tindakan pencegahan mungkin dibutuhkan untuk mengendalikan suatu bahaya spesifik dan lebih dari satu bahaya mungkin dikendalikan oleh suatu tindakan pencegahan tertentu
Prinsip 2 :
Penetapan
Titik-titik Kritis (Critical control Point (CCP))
- CCP
atau titik-titik kendali kritis (TKK) didefinisikan sebagai suatu titik,
tahap atau prosedur dalam proses dimana apabila tidak terawasi dengan
baik, kemungkinan dapat menimbulkan tidak amannya pangan, kerusakan dan
resiko kerugian ekonomi.
- Sumber
informasi untuk menetapkan apakah risiko kesehatan mungkin terjadi
:
· Sejarah Produk
· Keluhan Konsumen
· Laporan morbiditas dan mortalitas
· Rekomendasi badan yang berwenang
untuk proses
· Model Ramalan/Pendugaan (predictive
models)
· Artikel Pustaka Ilmiah
- Yang
dapat menjadi CCP → tahapan proses, bahan baku, formulasi
- Untuk setiap bahaya signifikan yang
diidentifikasi selama analisis bahaya harus ada satu atau lebih CCP dimana
bahaya tersebut dikendalikan
- CCP yang diidentifikasi untuk suatu produk pada
satu jalur pengolahan mungkin berbeda untuk produk yang sama pada jalur
lain.
- CCP dapat berubah dengan perbedaan : tata letak
pabrik, formulasi, tahapan proses, peralatan dan prosedur sanitasi
- “Decision Tree” untuk membantu penetapan CCP
- Decision Tree (Diagram Pohon Keputusan) : seri
pertanyaan logis yang menanyakan setiap bahaya. Jawaban dari pertanyaan
akan memfasilitasi dan membawa Tim secara logis memutuskan apakah CCP atau
bukan.
- Codex menggunakan satu jenis decision tree
- Selain Codex, terdapat format lain yang
menggunakan 3 jenis Decision Tree
Contoh :
Prinsip 3 :
Penetapan
Batas Kritis
A. Batas
Kritis
- Menunjukkan
perbedaan antara produk yang aman dan tidak aman sehingga
proses produksi dapat dikelola dalam tingkat yang aman.
- Batas
kritis : satu atau lebih toleransi yang harus dipenuhi untuk menjamin
bahwa suatu CCP secara efektif mengendalikan bahaya biologi, kimia dan
fisik.
- Batas
kritis harus mudah diidentifikasi, dapat diukur dan dijaga oleh operator
proses produksi.
- Batas
kritis harus diaplikasikan pada semua CCP dan divalidasi
B. Jenis
Batas Kritis
Batas
Kritis Fisik : dikaitkan dengan toleransi untuk bahaya fisik atau
benda asing, atau kendali bahaya mikrobiologis dimana hidup atau matinya
dikendalikan oleh parameter fisik.
Kriteria yang biasa digunakan : suhu, waktu, kelembaban,
aw, kekentalan.
Batas
Kritis Kimia : dikaitkan dengan bahan kimia atau dengan kendali
bahaya mikrobiologis melalui formulasi produk dan faktor intrinsik.
Kriteria yang biasa digunakan : pH, kadar asam
tertitrasi, konsentrasi pengawet, konsentrasi garam,residu klorin bebas.
Batas
Kritis Mikrobiologis : Sedapat mungkin tidak digunakan karena
membutuhkan waktu yang relatif lama untuk memonitor, tingkat kontaminasi
produk oleh patogen rendah (<1%), biaya mahal, serta pengukuran fisik dan
kimia dapat digunakan sebagai indikator pengukuran atau pengendalian
mikrobiologis. Kecuali jika tersedia rapid test yang spesifik dan
sensitif
Contoh
batas kritis
BAHAYA
|
CCP
|
BATAS KRITIS
|
Bakteri Patogen
|
Penyimpanan sementara bahan baku
|
Suhu chilling 0 – 4°0 C
|
Potongan Logam
|
Deteksi logam (dengan metal detector)
|
Potongan logam > 0,5 mm
|
Bakteri Patogen
|
Pengeringan dengan oven
|
Aw < 0,85
|
Kelebihan nitrat
|
Penggaraman
|
Sodium nitrat £ 200 ppm
|
Histamin
|
Penerimaan Bahan Baku
|
< 25 ppm
|
Prinsip 4 :
Penerapan
Sistem Monitoring
DEFINISI MONITORING CCP
Memeriksa
apakah prosedur pengolahan atau penanganan pada CCP dibawah kendali (ICMSF,
1988)
Pemeriksaan
atau pengamatan terjadwal terhadap efektivitas suatu proses untuk mengendalikan
CCP dan batasnya (FDA,1990)
Urutan
pengamatan atau pengukuran terencana batas kritis yang dirancang untuk
memperoleh catatan yang akurat dan ditujukan untuk menjamin batas kritis
mempertahankan keamanan produk (NACMCF,1990)
TUJUAN MONITORING
Mendapatkan
data (informasi) untuk mendasari keputusan-keputusan yang dibuat
“Early
warning”
Mencegah/meminimalkan
kehilangan produk
Menunjukkan
sebab-sebab timbulnya masalah
Menyediakan
dokumen bahwa produk dihasilkan sesuai dengan Rencana HACCP
KOMPONEN SISTEM MONITORING
1. Apa yang
akan dimonitor, pengukuran atau observasi ?
Berdasarkan batas kritis yang ditetapkan seperti suhu,
waktu, ukuran, dan sebagainya.
2. Dimana
dilakukan monitoring ?
Pada
titik atau lokasi dimana harus dilakukan monitoring. Minimal dilakukan pada
CCP.
3. Bagaimana
cara memonitor, pengecekan dan/atau pengukuran ?
Cepat,
Tidak sulit/tidak merupakan analisa laboratorium, melalui pengamatan (sensori,
visual) dan pengukuran (kimia, fisik).
4. Kapan akan
dilakukan monitoring, pengecekan dan/atau pengukuran ?
Idealnya
minimal dimana terjadi interupsi dalam aliran produksi, atau lot, atau data
lain yang menetapkan periode suatu monitoring.
5. Siapa yang
melakukan monitoring, pengecekan dan/atau pengukuran ?
Idealnya
personil yang mempunyai akses yang sangat mudah pada CCP, mempunyai
keterampilan dan pengetahuan akan CCP dan cara monitoring, sangat terlatih dan
berpengalaman, misalnya Line worker, Operator peralatan, Personil QC,
Supervisor dll.
Prinsip 5 :
Penetapan
Tindakan Koreksi
DEFINISI TINDAKAN KOREKSI
Adalah tindakan yang diambil ketika hasil dari monitoring
pada CCP terdapat deviasi yang mengindikasikan CCP tidak terkendali
TUJUAN
- Menjamin
eliminasi potensi bahaya
- Mempunyai
rencana pasti tindakan pada setiap CCP
- Menjamin
bahwa disposisi produk yang tidak memenuhi tidak mengakibatkan potensi
bahaya yang baru.
- Menjamin
bahwa CCP telah berada dibawah pengedalian
TINDAKAN KOREKSI
v Harus
dalam perencanaan HACCP
v Harus
tetap dalam arsip sampai batas daya tahan produk
v Dilakukan
bila terjadi deviasi pada batas kritis
v Meliputi
yang dilakukan terhadap produk yang terkena
v Rekaman
pemantauan dapat juga menunjukkan tindakan koreksi yang diambil
v Terdapat
2 level tindakan koreksi :
1. Tindakan segera : penyesuaian proses
agar menjadi terkontrol kembali dan
menangani produk-produk yang dicurigai terkena dampak
penyimpangan
2. Tindakan pencegahan :
pertanggungjawaban untuk tindakan koreksi dan
pencatatan tindakan koreksi
RENCANA TINDAKAN KOREKSI HARUS
MENCAKUP :
v Siapa
yang bertanggung jawab melaksanakan Tindakan Koreksi
v Deskripsi
penyimpangan dan tindakan koreksi yang akan dilakukan
v
Bagaimana pencatatan/rekaman tindakan
koreksi dan disposisi dilakukan dan disimpan
Prinsip 6 :
Penetapan
Prosedur Verifikasi
DEFINISI VERIFIKASI
Adalah metode, prosedur, dan pengujian-pengujian untuk
mengidentifikasi semua pelaksanaan program HACCP, apakah dilaksanakan sesuai
dengan rencana HACCP
TIPE VERIFIKASI
v Verifikasi
pada setiap CCP yang dilakukan secara periodik bila batas kritis terlampaui
dan/atau mempunyai tendensi akan terlampaui. Verifikasi didokumentasikan
langsung pada tabel lembar kerja “control
measure”
v
Verifikasi yang berkaitan dengan kaji
ulang manajemen
Dalam pelaksanaan program HACCP
ada dua macam verifikasi :
v Verifikasi
Internal (Processor Verification) yaitu verifikasi yang dilakukan oleh
produsen.
v Verifikasi
Eksternal (Regulatory Verification) yaitu verifikasi yang dilakukan oleh
inspektur HACCP dari lembaga
sertifikasi sistem HACCP yang memvalidasi sistem HACCP
VERIFIKASI INTERNAL
v Penyusunan
jadwal inspeksi verifikasi yang baik
v Mereview
rencana HACCP
v Mereview
dokumentasi dan catatan CCP
v Mereview
deviasi dalam proses produksi dan disposisi produk
v Inspeksi
terhadap operasi produksi apakah CCP masih dalam pengawasan yang benar
v Bila
diperlukan melakukan sampling secara acak dan menganalisa produk
VERIFIKASI EKSTERNAL
v Konfirmasi
bahwa operasi pelaksanaan HACCP berdasarkan rencana operasi yang dikembangkan
dan disetujui oleh lembaga sertfikasi sistem HACCP
v Bukti
adanya supervisor terlatih dan bersertifikat
v Inspeksi
terhadap catatan-catatan dari prosesing yang benar dan disposisi terhadap
kesalahan-kesalahan
v Inspeksi
terhadap terhadapa catatan-catatan ketaatan dalam pengawasan CCP
v Inspeksi
peralatan dan bangunan.
Prinsip 7 :
Penyusunan
Sistem Pengendalian Dokumen
v Dokumen
atau Rekaman adalah bukti tertulis bahwa suatu tindakan telah dilakukan
v Menggunakan
formulir / borang
v Pendokumentasian
yang efisien dan akurat sangat penting dalam aplikasi sistem HACCP
v Dokumen
harus mencakup sifat dan ukuran operasi di lapangan
v Contoh
dokumen : dokumen monitoring, dokumen tindakan koreksi, dokumen verifikasi,
Rencana HACCP dan semua dokumen pendukungnya
Fungsi :
v Memperlancar
evaluasi pengawasan
v Memperlancar
evaluasi sanitasi
v Menetukan
frekuensi audit
v Dokumen
bahwa Batas Kritis tidak terlampaui
v Dokumen
Tindakan Koreksi
v Memudahkan
penelusuran
v Memberikan
informasi keadaan dan sejarah produk
v
Menjadi data untuk perbaikan proses
Tujuan :
v Bukti
keamanan produk berkaitan dengan prosedur dan proses yang ada
v Jaminan
pemenuhan peraturan
v Kemudahan
pelacakan produk
v Rekaman
pada pengukuran-pengukuran
v
Merupakan sumber tinjauan data yang
diperlukan bila ada audit HACCP
bersambung ...
Selamat sore ka
BalasHapusSaya Shelly
ka boleh saya minta kontak kakak, utk tny2 ttg haccp yg kakak posting. Untuk reverensi tugas saya.
Thank you ka
Iya ka, aku juga ada tugas
Hapusselamat sore, terima kasih sangat membantu postingannya
BalasHapusKak, Kalo boleh tau sumber referensi nya dari mana?? Terimakasih
BalasHapus