My Motivation

Dalam hidup, tidak semuanya mudah, namun saya percaya, seperti yang diajarkan oleh Orang Tua saya & mungkin semua orang tua di semua penjuru dunia, bahwa tekad, niat & kemauan dapat menjawab ketidak mudahan itu, dan tentu saja, motivator dalam hidup, tentu harus ada, keluarga adalah motivator tebesar saya, sebab dalam keluarga lah kita memulai menggali surga

Senin, 19 Oktober 2015

Office Boy Kebersihan Kota




Office Boy Kebersihan Kota





Hari minggu di minggu ke tiga setiap bulan, menjadi hari yang paling ku nantikan. Aku & keluarga memiliki ritual pergi ke Car Free Day, program hari dimana tanpa ada kendaraan bermesin melintas di jalan raya, yang digelar dari pukul 6 pagi sampai pukul 9.

Hingar bingar suara musik yang mengiringi orang-orang senam pagi, hiruk pikuk orang yang berjalan-jalan di sepanjang jalan raya yang di blokir, berbagai macam pedagang yang menawarkan dagangannya, dari mulai makanan, mainan, hingga kebutuhan rumah tangga.

Hal-hal itu memberikan hiburan tersendiri bagi kami. Karena itu, kami mencanangkannya sebagai ritual. Tak jarang juga kami bertemu kawan lama, sesama wali murid di sekolah anak kami atau teman kerja. Dan yang setiap kali kami temui adalah wanita separuh baya, dengan kaos lengan panjang & celana training panjang bertuliskan ’PGRI’ dengan warna yang sama setiap kami bertemu. Sebut saja dia Bu Siti.

Menjelang pukul 9, menjelang Car Free Day usai, dimana hiruk pikuk massa mulai surut, dalam perjalanan kami pulang ke rumah, di situlah kami selalu bertemu Bu Siti. Di depan RM Cianjur, di bawah pohon mangga di depan rumah makan itu, Bu Siti sudah siap untuk mengerjakan tugasnya. Dia selalu tersenyum, sambil membawa sapu lidi dengan gagang panjang di tangannya. Dia membersihkan seluruh area Car Free Day dengan sapu itu.

Saat semua orang beranjak pulang dengan langkah gontai, Bu Siti masih tersenyum dengan membawa sapu lidinya. Gigi serinya yang sudah tidak utuh lagi semakin menegaskan tanda guratan di wajahnya yang mengisyaratkan dia sudah tidak muda lagi.

Pertemuan pertama kami adalah pada saat Car Free Day di gelar perdana, anak kami menolak untuk diajak pulang & meronta. Saat itu, Bu Siti menghampiri kami, merogoh saku celananya, kemudian mengeluarkan beberapa buah permen & memberikannya pada anak kami. Kemudian, dia mengajak kami untuk berteduh di bawah pohon mangga, tempat ia berteduh menunggu acara Car Free Day selesai. Di situlah kami berkenalan & berbincang.

Saat itu dia bercerita tentang jam kerjanya yang dimulai pukul 3 dini hari dan berakhir pada pukul 9 pagi. Setiap hari, termasuk juga hari minggu & hari libur, kecuali hari raya, jam kerja Bu Siti berakhir pukul 7 pagi. Sudah lama dia bekerja sebagai Office Boy Kebersihan Kota, begitulah aku mengistilahkannya. Sejak dia masih memiliki 1 anak & belum memiliki cucu. Wow ...

Tubuhnya yang kulihat kurus & kulitnya yang menghitam mengundang pertanyaanku saat itu. Dia pun bercerita tentang kehidupannya. Ternyata hidupnya sangat sederhana sekali. Bahkan sampai usia sekarang pun dia masih menanggung hidup anak & cucunya. Betapa aku merasa beruntung & bersyukur setelah mendengar apa yang dia ceritakan.

Soal gaji, aku pun sempat menanyakannya, dia terkekeh & berkata ”alhamdulillah ... disyukuri saja ... lumayan untuk belikan jajan cucu ...” , betapa sederhana sekali. Dia bilang untuk Car Free Day & event-event yang lain seperti bazar, karnaval, pawai adalah bonus, alias ditugaskan tanpa ada hitungan rupiah yang jelas, padahal untuk Car Free Day, aku melihatnya sendiri, sampah cukup banyak & area pun cukup luas, Bu Siti membersihkannya paling lama sampai jam 12 siang. Setelah mendengarnya aku jadi merasa bersalah, karena aku sering buang sampah sembarangan. Andai saja semua orang membuang sampahnya pada tempat sampah, mungkin Bu Siti tidak harus lembur tanpa bayaran hanya untuk memungut sampah-sampah kami.

Saat aku menanyakan padanya kenapa mau kalau tidak di bayar ?? dengan sederhana dia menjawab, kalau yang lain bersih, cuman di situ saja yang kotor, pasti tidak akan terlihat bagus, lagipula pekerjaan itu amanah, apalagi soal kebersihan, bersih itu kan sehat, bersih itu iman. Betapa aku tersindir & merasa nyinyir.

Suamiku pernah bercerita padaku soal Dedikasi. Bahwa mengerjakan segala hal dengan hati adalah Dedikasi. Namun setelah bertemu Bu Siti, aku semakin terinspirasi. Mengerjakan segala hal dengan hati, namun masih memperhitungkan setiap hal dengan rupiah, apakah juga disebut Dedikasi ??

Jika aku jadi Bu Siti mungkin aku lebih memilih berada di rumah bersantai dengan anak-anak & suami. Apalagi hari minggu adalah hari libur. Tapi Bu Siti tidak mengenal hari libur, tidak mengenal uang lembur, namun begitu aku tidak pernah melihatnya malas-malasan. Dia selalu tersenyum & terlihat bersemangat. Saat aku tanya, dia bilang dia ingin setiap hari lancar & sehat, berangkat pagi-pagi, segera bekerja agar segera bersih semua & segera pulang untuk bertemu cucu.

Alangkah indah hati Bu Siti. Saat aku masih tertidur pulas, dia sudah berangkat bekerja, saat aku baru 2 jam beraktivitas, Bu Siti sudah bersimbah peluh, saat aku menemani anak & suami di rumah libur, Bu Siti tetap menyapu jalan, saat ada event Car Free Day, karnaval atau yang lainnya, semua orang berbondong-bondong untuk menikmati hiburan, Bu Siti bersiap-siap untuk membersihkan sampahnya.

Inilah Dedikasi, benar-benar tanpa pamrih, bukan soal waktu, bukan soal rupiah, hanya soal pekerjaan yang dia anggap sebagai amanah. Sebagai seorang yang diberi amanah untuk menjaga kebersihan kota, makna Bersih sungguh sangat mengakar di hati Bu Siti.

Jadi, jika kita telah menganggap diri kita amanah & layak jadi teladan, berkacalah lagi pada Bu Siti Office Boy Kebersihan Kota, karena mungkin saja kita masih perlu belajar banyak hal darinya. Sederhana tapi mantap :).



Salam,
penulis

Rabu, 30 September 2015

belum ada judul

(Belum ada Judul)




Ada kalanya aku berdiam diri, merenung, melamun atau apalah istilahnya. Bagiku istilah bukanlah masalah, semasih kita sepaham dengan apa yang dimaksudkan, maka tak jadi masalah ...

Ada kalanya aku sangat ingin mengingat masa lalu, masa-masa yang telah kulalui sehingga aku sampai pada masa sekarang, saat ini ...

Di manakah semua itu ?? semakin di ingat, semakin tidak tahu jawabannya ...

Banyak hal yang telah berubah, sepertinya sangat sulit menggenggamnya lagi, terlalu banyak hal yang membatasi, walaupun sebenarnya kita sendiri yang membuatnya terbatasi ...

Teman, aku rindu ... saat-saat itu, tempat-tempat itu, kalian ....

Perantauan yang panjang memang, 9 tahun di tempat kost yang berpindah-pindah, teman-teman yang bertambah, silih berganti, datang & pergi ... semua seolah biasa saja saat itu ...

Saat beranjak menua, saat diri sendiri menancapkan batas ini itu, muncullah rindu, rindu pada masa-masa itu, bertanya-tanya pada diri sendiri, saat itu, bilakah terulang lagi, tempat itu, masihkah seperti dalam kenangan, teman-temanku, seperti apa mereka sekarang, adakah mereka mengingat masa-masa kita seperti aku mengingatnya ??

Mungkin ... Entahlah ...

Yang biasa saja pada saat itu, ternyata terekam & belum terhapus dalam otakku ... dan saat aku mengingatnya kembali, semuanya terasa menjadi penting, karena aku merasa, tanpa melewatinya, mungkin yang terjadi bukan aku saat ini ...

Aku saat ini ?? Yah, aku saat ini ... tidak dapat dipungkiri bahwa satu detik saja bisa membuat manusia berubah, apalagi bertahun-tahun, ditambah dengan beralih dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain, ditempa dengan berbagai kondisi ... ibarat pedang mahasakti yang dibuat dengan tempaan maha dahsyat & bergantung pada karakter empunya ...

Mungkin sama halnya dengan kalian saat ini, dimanapun, seperti apapun ... menua itu pasti, demikian juga perubahan ... namun semoga saja kita masih mengingat hal yang sama, masa itu, di sana, kita semua, yang pada akhirnya membawa kita pada hari ini, saat ini ...



penulis

Minggu, 12 Juli 2015

Arti Kehidupan

Arti Kehidupan

lifes choice




Kehidupan bukanlah sekedar rutinitas.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencurahkan potensi diri kita untuk orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita berbagi suka dan duka dengan orang yang kita sayangi.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita bisa mengenal orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita melayani setiap umat manusia.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencintai pasangan kita, orang tua kita, saudara, serta mengasihi sesama kita.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita belajar dan terus belajar tentang arti kehidupan.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita selalu mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa.


Cerita Inspiratif : Jangan Remehkan Kebaikan Sekecil Apapun

Jangan Remehkan Kebaikan Sekecil Apapun

simple dining table



Ketika sore sepulang kerja seorang suami melihat isteri yang tertidur pulas karena kecapekan bekerja seharian di rumah. Sang suami mencium kening isterinya dan bertanya, ‘Bunda, udah shalat Ashar belum?’ Isterinya terbangun dengan hati berbunga-bunga menjawab pertanyaan suami, ‘sudah yah.’ Isterinya beranjak dari tempat tidur mengambil piring yang tertutup, sore itu isterinya memasak kesukaan sang suami.

‘Lihat nih, aku memasak khusus kesukaan ayah.’ Piring itu dibukanya, ada sepotong kepala ayam yang terhidang untuk dirinya.

Sang suami memakannya dengan lahap dan menghabiskan. Isterinya bertanya, ‘Ayah, kenapa suka makan kepala ayam padahal aku sama anak-anak paling tidak suka ama kepala ayam.’ Suaminya menjawab, ‘Itulah sebabnya karena kalian tidak suka maka ayah suka makan kepala ayam supaya isteriku dan anak-anakku mendapatkan bagian yang terenak.’

Mendengar jawaban sang suami, terlihat butir-butir mutiara mulai menuruni pipinya. Jawaban itu menyentak kesadarannya yang paling dalam. Tidak pernah dipikirkan olehnya ternyata sepotong kepala ayam begitu indahnya sebagai wujud kasih sayang yang tulus kecintaan suami terhadap dirinya dan anak-anak. ‘Makasih ya ayah atas cinta dan kasih sayangmu.’ ucap sang isteri. Suaminya menjawab dengan senyuman, pertanda kebahagiaan hadir didalam dirinya.

Kita seringkali mengabaikan sesuatu yang kecil yang dilakukan oleh sosok ayah kita, namun memiliki makna yang begitu besar, di dalamnya terdapat kasih sayang, cinta, pengorbanan dan tanggungjawab.

Semoga cerita diatas kita bisa mengambil hikmah dengan mencintai setulus hati ayah kita yang telah berkorban untuk anak dan isterinya.


 semoga dapat menjadi inspirasi :)


Minggu, 05 Juli 2015

Resep Masakan Praktis & Simpel

Resep Ayam Kentucky

resep ayam kentucky

Bahan ayam :
0,5 kg ayam
Minyak goreng untuk menggoreng (banyaknya di sesuaikan, sampai ayam tenggelam)
1 sdt garam
1 sdt merica bubuk
2 siung bawang putih, memarkan, rajang halus

Bahan pelapis cair :
1 butir telur ayam, ambil kuningnya saja
1/4 sdt merica bubuk
1/4 sdt garam
1/4 sdt penyedap rasa
1/4 sdt soda kue, untuk pengembang & perenyah
150 gr tepung terigu
150 ml air es / air dingin
20 gr tepung maizena / tepung sagu / tepung tapioka

Bahan untuk pelapis kering :
200 gr tepung terigu
50 gr tepung maizena / tepung sagu / tepung tapioka
1/4 sdt soda kue
 1/4 sdt bubuk kaldu rasa ayam
2 siung bawang putih, memarkan, rajang halus
1/4 sdt penyedap rasa

Cara pembuatan :
1.  semua bahan pelapis cair dicampur hingga rata, air dingin & kuning telur ditambahkan sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai merata, kemudian masukkan dalam kulkas.
2. semua bahan pelapis kering dicampur, diaduk rata.
3. campur & aduk rata bahan ayam, lumuri daging ayam dengan bahan ayam, biarkan selama kurang lebih 10 menit.
4. gulingkan daging ayam pada pelapis kering, kemudian gulingkan ke dalam pelapis cair, kemudian gulingkan kembali ke dalam pelapis kering sambil di remas-remas.
panaskan minyak untuk menggoreng, kemudian goreng ayam hingga berwarna kekuningan.
5. angkat, sajikan.


Resep Mie Goreng Jawa

resep mie goreng jawa


Bahan-bahan :
100 gram udang, kupas
1 bungkus mie telor, rebus, tiriskan
2 sdm minyak goreng / minyak sayur

1 butir telur
1 batang daun bawang, iris
Goreng bawang merah secukupnya
2 batang daun seledri, rajang

Daun sawi secukupnya
Kecap manis secukupnya
 

Bumbu halus :
3 butir kemiri, sangrai
3 siung bawang putih
4 siung bawang merah
1 sdt garam
½ sdt merica

Cara membuat :
1. Rebus mie telor terlebih dahulu sampai matang, lalu angkat dan tiriskan.
2. Lumuri mie yang sudah direbus tadi dengan 2 sdm minyak goreng, lalu aduk sampai merata.
3. Panaskan minyak goreng pada wajan, lalu masukan semua bumbu halus dan tumis sampai harum.
4. Masukkan telur dan orak arik sampai matang.
5. Tambahkan udang kupas, lalu aduk sampai merata.
6. Tambahkan sawi masak kembali sampai setengah layu.
7. Tambahkan mie & daun seledri rajang. Kemudian aduk secara merata hingga semua bumbu meresap.
8. Tuang kecap secukupnya, tambahkan garam sesuai selera, aduk kembali sampai merata. Masak sampai mie mengering.
9. Setelah mie matang dan mengering, angkat dan matikan kompor.
10. Sajikan mie selagi hangat



 
Resep Sambal Goreng Kentang + Telur Puyuh



resep sambal goreng kentang telur puyuh

Bahan :

1 kg kentang, potong dadu
20 butir telur puyuh1 centi meter lengkuas, memarkan2 lembar daun jeruk, sobek-sobek200 mili liter santan 
3 sdm kecap manis 
Garam secukupnya

 

Bumbu Halus :
3 siung bawang putih
6 butir bawang merah

5 buah cabe merah besar, rajang1 centi mete jahe, memarkan

Cara Membuat :
1. Goreng kentang, tiriskan lalu sisihkan.
2. Tumis bumbu halus hingga wangi.
3. Masukkan telur puyuh, tambahkan santan kemudian aduk-aduk hingga santan mengental.

4. Masukkan lengkuas & daun jeruk.
5. Terakhir masukkan kentang yang sudah digoreng tadi, garam secukupnya dan kecap manis.
6. Angkat, sajikan

Menu-menu tersebut, di sajikan bersama nasi kuning, dimasukkan kotak or sterofoam, jadi deh paket ta'jil, mau dihantar ke masjid atau ke tetangga dekat, mau ditambah kue or buah, monggo saja ... silahkan di coba, semoga bermanfaat

penulis


Senin, 29 Juni 2015

A - Z Nama Anak

A-Z Nama Anak

Nama yang diberikan oleh Bunda kepada anaknya adalah juga sebagai do'a, jadi bagi bunda-bunda yang sedang mempersiapkan nama untuk putra putrinya, semoga kumpulan nama anak berikut ini dapat menjadi referensi, monggo di simak ...


semoga bermanfaat ... :)

Rabu, 17 Juni 2015

Cerita Inspiratif : Si Tukang Kayu

Si Tukang Kayu

the carpenter tukang kayu


Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut kepada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. “Ini adalah rumahmu, ” katanya, “hadiah dari kami.”

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya engerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.

Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri. Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.

Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan. Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi. Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan kemenangan.
 
 
semoga dapat menjadi inspirasi ... :-)



Senin, 15 Juni 2015

Pemenang Kehidupan

Pemenang Kehidupan

winner




Suatu hari, dua orang sahabat menghampiri sebuah lapak untuk membeli buku dan majalah. Penjualnya ternyata melayani dengan buruk. Mukanya pun cemberut. Orang pertama sangat jengkel menerima layanan seperti itu. Yang mengherankan, orang kedua tetap enjoy, bahkan bersikap sopan kepada penjual itu. Lantas orang pertama itu bertanya kepada sahabatnya, “Hei, kenapa kamu bersikap sopan kepada penjual yang menyebalkan itu?”

Sahabatnya menjawab, “Lho, kenapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak? Kitalah sang penentu atas kehidupan kita, bukan orang lain.”

“Tapi dia melayani kita dengan buruk sekali” bantah orang pertama.  Ia masih merasa jengkel.

“Ya, itu masalah dia. Dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk, dan lainnya, toh itu enggak ada kaitannya dengan kita. Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup kita. Padahal kitalah yang bertanggung jawab atas diri sendiri.”

Sahabat, Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi. Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi. Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba-tiba jadi sedemikian pelit kalau harus berurusan dengan orang itu.

Coba renungkan. Mengapa tindakan kita harus dipengaruhi oleh orang lain? Mengapa untuk berbuat baik saja, kita harus menunggu diperlakukan dengan baik oleh orang lain dulu? Jaga suasana hati. Jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita menentukan cara kita bertindak! Pilih untuk tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik.

“Pemenang Kehidupan” adalah orang yang tetap sejuk di tempat yang panas, yang tetap manis di tempat yang sangat pahit, yang tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar, serta tetap tenang di tengah badai yang paling hebat.
 
 
semoga bermanfaat ... 
 
 
 
 

Kamis, 11 Juni 2015

Are you beloved ??


Are You Beloved ??




 
Have you ever ask deep in your heart ??
Pernahkah kau bertanya jauh dalam hatimu ??

Are true love has given to you ??
Apakah kau orang yang benar-benar di cintai ??

If yes, by who ??
Jika ya, oleh siapa saja ??

Would you write it on a list ??
Dapatkah kau tuliskan dalam sebuah daftar ??

If you wrote it, read it !!
Jika telah kau tulis, bacalah kembali !!

Did your husband name there ??
Apakah ada nama suamimu di situ ??

If yes, thank full … Jika ada, bersyukurlah ...

Cause you’ve already so sure that your husband loved you so …
Karena kau sudah yakin bahwa suamimu telah benar-benar mencintaimu ...

If you done with those, do the opposite …
Jika kau sudah selesai dengan yang di atas, buat sebaliknya …

Found something ??
Menemukan sesuatu ??

Are both of you love each other ??
Apakah kalian pasangan yang saling mencintai satu sama lain ??

What if not ??
Bagaimana jika tidak ??

Well, life’s goes on ...
Hidup terus berjalan ... 



penulis



 

Cerbung : Ordinary People Life Story (Part 3)

Ordinary People Life Story
(Part 3)

Tengah malam yang pekat, Vie mimpi buruk sehingga terjaga dari tidurnya. Berpikir mungkin beribadah adalah ide yang bagus. Entah siapa yang mengundang, masalah itu muncul & masuk dalam pikirannya, dalam sujudnya di rakaat yang terakhir, air matanya berlinang. Dalam doanya seusai rakaat yang terakhir, Vie menyeka air matanya & berusaha menahan sedu tangis yang ingin mencuat meledak, dan dia berhasil melakukannya, sekarang yang terdengar adalah isak tangisnya. Pada Nya Vie menceritakan segalanya, mengadu pada satu-satunya Maha Pengasih & Penyayang, Maha Pemurah, Maha Memdengar, Maha Sempurna, Maha Segala-galanya ...


= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =


Pagi ini dia menanyakannya lagi, ada apa dengan Vie yang sering terlihat murung belakangan ini. Tidak ingin membicarakannya, Vie kembali menjawabnya dengan baik-baik saja. Bagaimana mungkin dia menanyakannya begitu saja, sedatar itu, tidakkah dia mencoba untuk mengingat hal terakhir yang terjadi sebelum dia merasa Vie menjadi murung ?? Apakah lelaki memang makhluk Tuhan yang diciptakan kurang sensitif ?? Memang, memilih tidak membicarakannya sepertinya ide yang kurang begitu bagus, namun apa lagi yang perlu dibicarakan ?? sudah cukup jelas bagi Vie, kalaupun di bicarakan, dia pasti akan mengemukakan kalimat somasi untuk ngeles, untuk membuat keadaan kembali normal, bukankah itu pekerjaan lelaki ??


Ya sudah, berarti harus hidup dengan masalah itu, terima kenyataan bahwa you’re not the only one, itu pilihan sulit, keegoan rasanya tidak mengijinkan pilihan itu, namun mungkin seiring dengan berjalannya waktu, mungkin sang ego akan memiliki toleransi, gave up ?? mungkin, tapi mungkin juga tidak, tergantung dari mana mengkajinya, banyak hal yang mengikuti, termasuk keluarga & anak-anak ...


= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

Sejatinya, manusia selalu ingat akan Sang Khaliq yang menciptakannya, pada kenyataannya, manusia menjadi lebih ingat dan lebih dekat saat susah terlilit masalah ... 



penulis


 

Rabu, 10 Juni 2015

IBU









                    I B U

 
Ibu …
Lihatlah diriku, yang kini menjadi Ibu, sepertimu ...
Ibu ...
Jangan sedih karenaku, yang belum bisa bahagiakanmu ...
Ibu ...
Tersenyumlah seperti itu, aku suka melihatmu begitu ...
Ibu ...
Kumohon jangan teteskan air matamu, itu membuat remuk hatiku ...
Ibu ...
Dendang nyanyianmu, kurindukan selalu ...
Ibu ...
Andai dapat kuputar waktu, ingin ku di masa itu ...
Saat manja bersamamu, dalam pelukanmu, selalu ...
Ibu ...
Aku menyayangimu ...
Meski tidak sebesar sayangmu padaku ...
Aku ingin engkau tahu ...
Bahagiamu adalah mimpi terbesarku ...


penulis


 

Senin, 08 Juni 2015

Cerbung : Ordinary People Life Story (Part 2)

Ordinary People Life Story
(Part 2)


...................

Di dalam memori internalnya, siapakah yang memakan memori lebih banyak ??
Saat berdua bersisian mesra, siapakah yang ada dalam hati & pikirannya ??
Dalam doanya, siapakah yang seringkali dia sebut ??
Jika dunia sudah berakhir dan hanya menyisakan 2 orang untuk dipilih olehnya, siapakah yang lebih dia pilih ??
Jika dipisahkan oleh kematian, akankah dia mencari dia lagi & menggantikan dengannya ??
Di akhirat nanti, siapkah yang ingin dia temui kembali ??


Pertanyaan – pertanyaan itu muncul begitu saja jika persoalan itu tiba-tiba menghampiri pikirannya. Vie sudah lebih dewasa rupanya, persoalan itu tidak menguasai hati & pikirannya, hanya sesekali hinggap di pikirannya. Dan jika itu terjadi, Vie segera mencari kesibukan, Vie tidak membiarkan pikiran – pikiran itu menjajah hati & otaknya. Membersihkan meja, mencuci peralatan makan, membenahi perabot, sampai dengan mengecek pekerjaan kantor yang yang bahkan sudah berulang-ulang di ceknya. Benar-benar sesuatu yang mengganggu, rasa galau yang tidak mudah ditepis untuk hilang begitu saja.


Vie merasa tidak ada yang berubah dari dirinya semenjak persoalan itu datang & pergi memberi rasa galau. Dan memang itulah yang sedang diusahakannya, tak peduli betapa berkecamuk & betapa galau hati & pikirannya saat persoalan itu muncul kembali di pikirannya, dia tidak ingin ada sedikitpun yang berubah.

Namun pagi ini, dia bertanya datar pada Vie, mengapa Vie terlihat murung, sumpek beberapa hari ini, Vie terkejut, bahwa ternyata ada perubahan pada dirinya & dia merasakannya ... Vie segera menjawab pertanyaan itu dengan datar, Vie baik-baik saja, tidak ada sesuatu buruk yang terjadi, dan dia pun berlalu. Vie tidak mengerti, dia yakin bahwa dia tidak mungkin terlihat murung seperti yang dia bilang, sebab Vie bersumpah dia telah mengusahakannya, namun entahlah ... mungkin tanpa disadarinya, dia tidak terlalu berhasil menyembunyikan perasaannya ...

Vie hanya tidak mau cengeng, dia tidak tahu apakah persoalan itu layak untuk ditangisi hingga mengharu biru, lagipula ini bukan persoalan pertamanya semenjak dia menjadi orang ...


________________________________________________________________________________

 
BAHAGIA secara leksikal adalah perasaan senang, puas, identik diiringi dengan senyum, tawa, tarian, dsb. Namun sejatinya, bagaimanakah rupa bahagia itu ?? apakah bahagia berarti tidak pernah sedih, tidak pernah jatuh, tidak pernah menangis, tidak pernah terpuruk ?? aku pernah mendengar air mata bahagia, namun aku tidak pernah mendengar bahagia dalam kesedihan ataupun bahagia dalam keterpurukan ... 

to be continue ...

penulis 


 

Minggu, 07 Juni 2015

Cerbung : Ordinary People Life Story (Part 1)

Ordinary People Life Story
(Part 1)

dalam satu pembicaraan yang biasa saja, tidak ada muatan apa-apa, hanya membicarakan hal-hal sepele, namun di sela-sela itu, terpercik satu pernyataan ku yang di amini oleh nya ...

... ternyata masa lalu masih mendominasi hatinya, sampai sekarang ...

well ..., bukan hal yang mengejutkan, sebab Vie sudah menduganya sejak lama sebelumnya ..., namun tetap saja ternyata ada rasa seperti teriris sembilu di dalam hatinya ...

memang ..., tidak selamanya yang di sisinya adalah cinta sejatinya ..., seringkali harus dapat menerima kenyataan bahwa yang di sisinya ternyata bukanlah cinta sejatinya ... apakah itu laki-laki, perempuan, sama saja ...

rasa seperti tersayat sembilu itu, mungkin karena Vie tidak seperti dia, Vie punya orang -orang yang dekat dengannya sebelumnya, namun hanya sebagai teman dekat, pacar, atau apalah itu istilahnya, sedangkan sebagai cinta sejati yang tidak dapat dilupakannya sampai sekarang, Vie tidak punya ..., tidak seperti dia ...

well, thats the truth ... you live with someone you care, the one who also concern about everyone else, his true love ... how tragic ha ???

entahlah apakah pantas disebut TRAGIS, yang Vie tahu sekarang, orang yang hidup dengannya saat ini, bukanlah sepenuhnya miliknya, sebab ternyata sampai sekarang pun, ada orang lain di hatinya ...

don't know what to do, but still must go on, cause life won't wait, time won't compromise ...

to be continue ...

penulis 



Rabu, 03 Juni 2015

Cerita Inspiratif : Cinta Sejati (semoga semua suami seperti ini, amiin)



Kisah nyata yang bagus sekali untuk contoh kita semua yang saya dapat dari sebuah millis (kisah ini pernah ditayangkan di MetroTV). Semoga kita dapat mengambil pelajaran. 

Ini cerita nyata, beliau adalah Bp. Eko Pratomo Suyatno, Direktur Fortis Asset Management yg sangat terkenal di kalangan Pasar Modal dan Investment, beliau juga sangat sukses dlm memajukan industri Reksadana di Indonesia. Apa yg diutarakan beliau adalah sangat benar sekali. Silakan baca dan dihayati. 

_________________________________________________________________________


Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Mereka dikaruniai 4 orang anak. 

Disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak keempat tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Itu terjadi selama 2 tahun. Menginjak tahun ke tiga, seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnya pun sudah tidak bisa digerakkan lagi. 

Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja, dia dudukkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum. 

Untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas waktu maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa-apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang, bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur. 

Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka, sekarang anak-anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah. 

Pada suatu hari, ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah, sudah tinggal dengan keluarga masing-masing dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yang merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil. 

Dengan kalimat yang cukup hati-hati anak yg sulung berkata “Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu, tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak, bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu”. 

Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-kata: “sudah yang keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak. Kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”. 

Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak-anaknya: “Anak-anakku… Jikalau perkawinan & hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah.. tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian. Sejenak kerongkongannya tersekat, kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat dihargai dengan apapun.” 

“Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain? Bagaimana dengan ibumu yg masih sakit.” 

Sejenak meledaklah tangis anak-anak pak suyatno. Merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh dipelupuk mata ibu Suyatno. Dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu. 

Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno, kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yang sudah tidak bisa apa-apa. 

Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yang hadir di studio, kebanyakan kaum perempuan pun tidak sanggup menahan haru. Disitulah Pak Suyatno bercerita..” Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) itu adalah kesia-siaan”. 

“Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu-lucu. Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama. Dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehat pun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…” 

Hidup adalah Perjuangan tanpa henti-henti, tidak usah kau tangisi hari kemarin. 


pasangan hidup-hand on hand


Dear all, semoga bermanfaat ... :)




Kamis, 07 Mei 2015

” Pathil Lele ” di Masa Kecil Kami

Saya pernah mengirimkan naskah ini untuk sebuah kompetisi, tapi sepertinya tidak menang .... hehehe ... belum beruntung ya ... jadi daripada sayang cuman di simpan, saya putuskan untuk men - share nya ... berikut ini ...


” Pathil Lele ” di Masa Kecil Kami

Suatu hari seseorang menyapaku di jalan, aku tertegun lama, menebak-nebak dalam pikiranku, ” siapa dia ?? dia memanggilku, berarti dia mengenalku ?? tapi ... dia memanggil nama kecilku, jadi dia pasti ... ” Lalu, ada sebuah tanda yang kemudian seolah menjadi pencerah, serasa ada lampu bohlam menyala di atas kepalaku. ” ahaa ... luka itu, luka di jidatnya ... tidak di ragukan lagi ... ” aku pun membalas sapaannya, sudah sekian lama sekali tidak bertemu, dia memintaku meluangkan waktu sejenak untuk ngobrol, dia pun mentraktirku di sebuah warung makan.

Banyak hal yang kami bicarakan, serius atau hanya sekedar kelakar, fakta maupun gosip, seperti umumnya jika dua wanita bertemu, apalagi telah lama tidak saling memberi kabar. Termasuk luka di jidatnya yang membuat ku ingat akan dirinya. Saat membicarakannya, kami jadi semakin asik dengan masa lalu.

” Thak ...!! thak ...!! thok ...!! wuuuzzzzzz ....!! ”

” wah ... pukulanku sepertinya tepat !! ” bisikku dalam hati, mataku pun awas memperhatikan gagang yang baru ku pukul. Semakin melambung, aku pikir itu pasti pukulan yang jitu. Tapi kemudian ...

” Plakk ... !!! ”

” Aduh ... !!! ”

”Ya ampun, kenapa itu ?? Wah, berdarah ... ”

Aku sangat takut, gagang yang kupukul mengenai jidat teman lawan mainku. Permainan pun terhenti. Kami semua segera menghampiri, berusaha menolongnya semampu kami. Salah seorang dari kami mengambil air dari kamar mandi Musholla untuk menmbersihkan lukanya, kemudian kami menyuruh nya melepas kaos dalam nya untuk membebat luka di kepalanya & memakai kembali baju luarnya. Rasa takutku berangsur hilang, sebab tidak seorang pun menyalahkan aku & temanku tidak menangis, kami malah tertawa masal setelah luka temanku di bebat dengan kaos dalamnya.

” hahaha ... coba ngaca di jendela musholla tuh, ayo ... !! ”, kami semua beranjak mendekati jendela musholla, lalu kembali tertawa masal, ” hahaha ... kayak Pangeran Diponegoro ... yang gambarnya di buku PSPB itu ... ”

” ah, tapi Pangeran Diponegoro kok perempuan ?? ” temanku mengelak, dengan muka nya yang cemberut, kami diam sejenak, menghentikan tawa kami, namun sekejap kemudian kami tertawa kembali lebih keras ...

Begitu sederhana, damai & toleransi, begitulah aku & temanku mengenangnya di warung makan itu, waktu itu.

” Kalau jaman sekarang, pasti sudah tawur tuh, kayak begitu ”

” Iya, kamu dulu, malah enggak nangis sama sekali ?? memang enggak sakit ?? ”

” ya sakitlah, cuman malu, di depan banyak anak, main juga sama-sama, masa begitu saja nangis, toh kamu enggak sengaja kan ?? ”

” hahaha ... ya kamu kan perempuan, halus perasaannya .... ”

” ah, enggak ada hubungannya ... ”

” tidak di sangka, ternyata lukanya cukup dalam ya, dari kecil sampai sekarang kamu sebesar ini, bekasnya tidak bisa hilang ”

” hehe ... iya, anakku juga sempat bertanya kening bundanya kenapa kok ada tandanya, saat aku bilang kena gagang pathil lele, mukanya berubah jadi seperti bingung, mungkin karena dia tidak tahu pathil lele itu apa ..., kapan ya bisa main pathil lele lagi ?? jadi kangen sama masa lalu ya kalo di ingat-ingat ?? ”

” hehehe ... iya ”

Pathil Lele adalah permainan yang sering kami mainkan di masa kecil. Sepulang sekolah, kami selalu berkumpul di halaman Musholla kampung kami yang memang cukup luas. Pathil Lele dimainkan secara berkelompok. Kami bertujuh membagi diri kami menjadi 2 kelompok, 1 orang yang tidak menjadi anggota biasanya menjadi juri atau pemain cadangan.

Alat permainannya adalah dua gagang kayu dengan panjang yang satu dua kali lebih panjang dari satu yang lainnya. Yang lebih panjang kami gunakan sebagai pemukul, sementara yang lebih pendek sebagai obyek yang dipukul. Biasanya kami memakai gagang sapu ijuk bekas.

Di masa kecil kami, tidak mudah mendapatkan gagang sapu ijuk bekas, jadi kami mengambil paksa sapu ijuk milik Musholla yang masih dipakai, betapa kami masih mengingat ketika Guru Mengaji kami sangat geram memarahi kami saat beliau tahu kami mengambil milik Musholla untuk mainan. Namun entah apa yang ada di benak kami, saat alat pathil lele kami hilang entah kemana, padahal kami sudah menyembunyikannya sedemikian rupa, kami mengulangi hal yang sama, mengambil sapu ijuk Musholla. Bukannya apa-apa, bukannya kami tidak berusaha, kami sudah mencoba menggunakan ranting pohon, namun kurang mantap hasil pukulannya, karena mungkin kurang berat. Kami memotong gagang sapu ijuk dengan pisau dapur yang kami tempa dengan batu besar, supaya lekas terpotong. Hal itu pun sering kali membuat ibu kami mengomel, tapi sepertinya kami tidak pernah benar-benar menghiraukannya.

Cara memainkannya cukup mudah sebenarnya, namun juga agak berbahaya, sebab bisa saja terjadi kecelakaan seperti yang di alami teman saya, apalagi kadang karena terburu bermain, kami tidak menghaluskan bekas potongan pada ujung gagang, hal itulah yang menggores jidat teman saya. Kami menyandarkan gagang kayu yang lebih kecil di atas tumpuan batu bata dengan posisi kayu berdiri & agak miring, lalu kami memukulnya dengan pemukul yaitu gagang kayu yang lebih panjang. Pukulan dijatuhkan tepat di atas ujung kayu yang mendongak ke atas, lalu saat gagang kayu terpelanting naik, pukul kembali dengan gerakan back hand ke arah atas, sekeras & sejauh mungkin, supaya dapat melampaui batas lawan & lawan tidak dapat menangkapnya. Setelah pukulan mendarat sukses (sangat jauh & tidak tertangkap lawan), maka mulai menghitung antara jarak pendaratan pukulan dengan posisi batu bata. Pemain dalam satu kelompok bergantian untuk melakukan pukulan itu. Sementara, tugas kelompok lawan adalah menghalau supaya pukulan pemain tidak sampai jauh, jadi kelompok lawan harus berusaha dengan gigih untuk menangkap gagang yang dipukul oleh pemain. Saat gagang berhasil ditangkap kelompok lawan, maka kelompuk pemukul tidak mendapatkan nilai & giliran memukul pun berganti. Begitulah seterusnya, sampai kami putuskan untuk menyudahi permainan & menghitung total poin kami.

Cara menghitung poin adalah dengan metode Depa. Jadi, jarak antara posisi pendaratan gagang yang dipukul dengan posisi batu bata di bagi dengan panjang gagang kayu. Teknisnya biasanya kami lakukan dengan mendepa & memberi tanda sambil menghitung dengan posisi berjongkok, untuk saat ini, karena sudah tidak terlihat anak-anak yang memainkannya, mungkin agak susah dibayangkan. Hasil perhitungan itulah poin yang diperoleh. Yang memperoleh poin lebih banyak, kelompok itulah pemenangnya. Biasanya, sebagai hukuman, kelompok yang kalah akan menggantikan tugas piket kelompok yang menang di Musholla pada waktu mengaji sore harinya.

Semakin di ingat, semakin rindu dengan masa-masa itu. Tidak pernah saya mengingat sebaik saya mengingat tragedi itu. Itu adalah tragedi yang paling menakutkan buat saya. Sampai sekarang pun saya masih mengingatnya. Kadang jadi tertawa sendiri, tapi itulah masa kecil kami.

” dulu, waktu terasa lama ya ?? dari pulang sekolah sampai habis Ashar mau ngaji, kita masih sempet main berbabak-babak pathil lele, iya kan ?? ”

” iya, sampe pernah main sama kelompoknya Amir, ingat tidak ?? yang beda sekolah sama kita, terus kayu kita di rampas gara-gara kelompok dia kalah ?? ”

” aaahhh .... iya, masih ... masih ... aku masih ingat !!! iya, sebal ya ?? tapi waktu itu, kenapa kita diam saja ya ?? nangis kah, lempar mereka pakai batu kah, mengadu kah ... ”

” ah, jaman kita dulu mana ada sih yang kayak begitu, memang pas kamu pulang ke rumah, terus ibu kamu tau luka di kepala kamu, ada yang terjadi ?? enggak kan ?? ”

” ya itu karena ibu ku sudah paham banget, kalau main ya main, urusan permainan sama teman-teman, ya tanggung jawab ... kira-kira begitu lah ... ”

” hehehe .... ” aku tersenyum mendengarnya

” kalau anak sekarang sih, cengeng !!, tuh anakku di rumah, enggak pernah mau main sama temen-temennya, katanya takut dinakalin, tapi memang nakalnya sudah agak keterlaluan sih mereka ”

” hari gini .... mainannya mahal-mahal, enggak semua orang mampu beli, gimana anak-anak enggak ribut terus kalau main ?? yang enggak punya enggak boleh pinjem, atau boleh pinjem tapi harus tunggu dulu kalau sudah kelar dipakai, kan sebal ?? ”

” sudah beda genre nya ya memang ?? ”

” he eh ... ”

” By the way, kenapa di sebut Pathill Lele sih ?? ”

“ ya mungkin karena kalau sudah kena jidat, rasanya kayak kepathil sama ikan lele kali … “

“ hahahaha … “ kami tertawa bersama, tawa yang sudah lama tidak kami rasakan bersama.

Setelah cukup lama & kami merasa sudah waktunya melakukan hal yang lain, kami pun saling berpamitan undur diri. Kami berpisah di depan warung makan itu. Dalam perjalanan pulang, masa kecil yang ku bincangkan tadi rasanya belum lepas dari benakku, aku masih tersenyum-senyum, manggut-manggut, sekilas ide melesat ” ahhh ... andaikan ada pintu kemana saja yang bisa mengantar ke waktu itu, aku ingin melihat sebentaaarrr saja ... kangen kalian .... ”

” Mungkin sama halnya dengan kalian saat ini, dimanapun, seperti apapun ... menua itu pasti, demikian juga perubahan ... namun semoga saja kita masih mengingat hal yang sama, masa itu, di sana, kita semua, yang pada akhirnya membawa kita pada hari ini, saat ini ... ”







penulis




Minggu, 19 April 2015

Terjebak Belanja Online

Berawal dari ikutan grup yang berjualan baju-baju, cukup menarik memang yang di tawarkan, 1 set baju muslim lengkap baju, kerudung, kadang juga plus belt tidak lebih dari 100 ribu, bisa keep, kapan pun barang datang, boleh bayar setelah gajian, apalagi tidak harus capek beli sendiri, tinggal order, terus tunggu dengan temang & santai hingga barang yang di pesan datang, seperti yang saya bilang, cukup menarik bukan ??

Siapa yang tidak tertarik dengan penawaran seperti itu coba ?? saya, yang pada awalnya tidak tertarik, karena tidak bisa langsung tau kualitas barang dengan harga yang lumayan murah tersebut karena tidak bisa melihat langsung & menyentuh langsung barang yang ditawarkan, sebab order hanya di dasarkan pada foto barang, akhirnya tergoda juga. Jadilah akhirnya pesanan pertama di mulai …

Tiba saat pesanan pertama datang, ”hmmmm …. lumayan untuk harga segitu ....” pengalaman pertama berkembang menjadi order – order selanjutnya ...


Tiba pada satu saat, barang yang di pesan datang bersamaan, 5 set pesanan datang breeggg !!! tentunya dengan tagihan yang cukup lumayan, padahal pada awal order, harusnya barang-barang orderan tersebut tidak datang bersamaan .... jadilah pusing kepala ini ...

Lalu, satu demi satu barang dibuka ... baru di buka & di sentuh, belum di coba, ”alamaaakkk .... ini kok gak ada yang bagus ... ini baju bahan dari apa sih ?? tipis bener ?? ”, barangkali kalau di pakai not bad, saya pun mencobanya ...


” hyaaaaa .... ya ampuunnn ... ” ternyata dari 5 set yang muat cuman 2 set, yang 3 sama sekali g muat, ” fiuhhhh .... saya mulai berkeringat, memutar otak, mau di apain baju-baju ini, di jual online, gak mungkin, bahan bajunya begini ?? aku memang tertipu, tapi tidak harus membuat orang lain tertipu kan ?? akhirnya aku coba nego untuk bisa di return atau di tukar, apa saja asal muat, ternyata tidak bisa juga, semakin jadi pusing dan bingung ...

Sudah larut malam, masih memikirkan baju-baju itu, tidak juga dapat solusi. Akhirnya pagi harinya, aku mengambil tas, 3 set baju yang tidak muat aku masukkan ke dalamnya, kemudian aku menghubungi seorang teman, yang biasanya aku titipin baju-baju bekas untuk di kasihkan ke panti asuhan. Tidak lupa aku mengawali dengan permintaan maaf & mohon bantuan. Temanku bersedia. Aku memilah-milah baju-baju bekas dari dalam lemari untuk aku masukkan bersama 3 set baju baru yang tidak muat tadi, aku pikir sekalian saja, mungkin ini adalah hukuman dari Tuhan karena aku serakah. Beli baju mentang-mentang murah & cocok, padahal bukan kebutuhan mendesak, main borong saja. Itulah hal yang ada di benakku setelah semalaman tidak mendapatkan solusi tentang baju-baju itu. Bukannya aku buruk sangka sama Tuhan, tapi tidak ada pikiran lain di benakku selain itu. Tuhan, mohon maafkanlah aku !!


Setelah peristiwa itu, aku mengumpati diri sendiri, karena telah bertindak bodoh, untuk selanjutnya, aku berjanji pada sendiri untuk mengakhiri semua itu, dan semoga aku bisa menepatinya sehingga tidak akan terjadi lagi yang seperti itu.


Buat rekan-rekan yang doyan melakukan hal yang seperti itu, sah-sah saja sih, tapi hati-hati ya ?? jangan sampai menyesal di kemudian hari, kalau tidak datang belakangan, bukan sesal namanya, tapi optimis ... kalau optomis banget dengan hal-hal seperti itu, ya monggo ... tapi sekali lagi, lebih selektif ya ....




Jadi, resolusi 2015 bagaimana ??? hwaaa … hwaaaaa …..
Cup … cup …. Come down, tetap semangat !! terus berjuang !!




Dear God, thanks to You, You’ve always know how to remind me ... amiin … 

in the job
  penulis